Tuesday, October 9, 2007

Nikmatnya Menjadi Orang Apatis Bag I

Suatu hari minggu yang cerah, tepat di pukul delapan pagi. Seorang pejabat teras kampong, mengumumkan tentang kerja bakti akan diadakan sebentar lagi. Dia mengajak para bapak-bapak dan anak muda untuk turun ke jalan membersihkan lingkungan sekitar. Biasanya kegiatan ini dilakukan ketika pergantian musim, untuk membersihkan sarang-sarang nyamuk dan aliran air. Atau juga ketika ada perayaan hari besar nasional, seperti 17an.

Panggilan lewat corong sebuah musholla di depan rumah itu cukup memekakan telinga. Mungkin memang sengaja dibuat seperti itu. Dibuat untuk “mengganggu” lingkungan sekitarnya. Semakin banyak orang yang “terganggu” semakin banyak orang yang keluar rumah dan melakukan kegiatan itu. Mungkin terdengar sinis, tetapi untuk saya pribadi memang seperti itu adanya. Saya cukup terganggu, tetapi saya pun tetap bertahan di dalam rumah. Menikmati hari libur yang cerah dengan bersantai-santai di rumah dan tidak peduli kegiatan di luar sana. Toh, sudah banyak orang yang melakukan kegiatan itu. Daripada saya malah menambah repot orang-orang yang sibuk, lebih baik saya “merepotkan” diri sendiri saja dengan bersantai.

Hari semakin siang, kira-kira sudah pukul sepuluh lewat. Menjelang pukul sebelas. Kegiatan di luar sana, kegiatan bersih-bersih lingkungan pun sudah semakin mendekati akhirnya. Setiap saluran air sudah ditangani dengan baik dan bergotong royong. Sampah-sampah sudah mulai dibakar dan dikubur di dalam tanah. Saya menyempatkan diri untuk keluar, sekedar membeli sebungkus rokok untuk menemani hari santai ini. Seorang bapak tampak kumel dengan kaos yang penuh noda sampah dan tangan yang bergumul Lumpur. Dia ditemani seorang pemuda membersihkan aliran air di depan rumah. Tepat di depan rumah dan kami saling melempar senyum ketika saya membuka pintu gerbang. Saya pun melenggang menuju warung terdekat.

Ketika saya kembali dari warung, mereka masih sibuk membersihkan aliran air tersebut. Tanpa melihat ke mereka, saya pun masuk ke dalam rumah dan duduk lalu menghisap sebatang rokok yang baru saya beli tadi. Setelah hisapan ketiga, saya merenung…. Siapa dia, orang tua itu, yang dengan sukarela membersihkan saluran air tepat di depan rumah saya ini. Kenapa dia begitu bersemangat membersihkan aliran air tersebut? Sedangkan saya, yang paling dekat dengan aliran air itu hanya bersantai di dalam rumah.

Hari sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Waktu Dhuhur sebentar lagi merapat, kesibukan kerja bakti itu sudah menunjukkan tanda-tanda penyelesaiannya. Para bapak-bapak dan anak muda yang sedari tadi bergumul dengan sapu lidi, cangkul, lumpur, sampah, dan air kotor mulai membersihkan diri untuk kemudian menikmati makan siang bersama di rumah bapak ketua RT.

Sementara saya, masih menikmati rokok dengan ditemani tontonan film dari DVD yang baru saja saya beli di ITC.

1 komentar:

elsara said...

mmm.. lain kali jgn gitu ya. Berani kotor itu baik! :p