Thursday, March 6, 2008

Dunia Iklan


Bekerja di dunia advertising menurut beberapa orang yang sedang atau pernah berkecimpung di dalamnya menuntut waktu kerja yang tidak sedikit. Bahkan lebih, bisa dikatakan menyita waktu lain ketika deadline yang terkadang tidak manusiawi. Khususnya bagi mereka yang berada di departemen kreatif. Lebih khususnya lagi bagi mereka yang memangku jabatan graphic designer atau art director. Bukan berarti departemen lain tidak memiliki effort yang sama, tetapi pada kenyataannya memang orang-orang di departemen kreatiflah yang terkadang memikul pekerjaan yang lebih berat dalam persoalan waktu. Tidak sedikit orang-orang di departemen account hanya memberikan pesan singkat lewat post it bahwa "jangan lupa ya briefnya" atau "besok jangan telat presentasi", atau apapun itu lalu dia keluar kantor entah kemana. Atau para planner yang tidak memiliki insight yang cukup terhadap brand atau konsumennya sehingga hanya mampu menelurkan brief creative yang ala kadarnya. Atau ketika para traffic tidak mampu memanage lalu lintas brief dan deadline sehingga bentrok sana dan sini.

Pada akhirnya ketika output yang keluar dari sebuah brief dengan skema seperti di atas menjadi kurang maksimal. Ketika itu terjadi creative lah yang dipersalahkan. Mmm... Sepertinya saya terlalu menyudutkan orang-orang di departemen lain ya? Maaf, jika memang seperti itu. Tidak jarang konflik terjadi antara departemen kreatif dengan yang lainnya. Tetapi ketika para creative iklan sebuah agency menerapkan prinsip "yes man", mereka hanya mampu mengikuti keinginan klien dan tidak memposisikan sebagai partner. Biasanya prinsip ini dilakukan untuk menghindari konflik internal tetapi akibatnya justru konflik eksternal. Mungkin saja lebih luas menyangkut nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

Kenapa bisa seperti ini? Karena klien pada dasarnya hanya ingin barang dagangannya laku dipasaran tanpa memperhatikan dampak sosial yang terjadi. Posisi agency iklan adalah penyeimbang, sebagai konsultan bagi produsen bagaimana cara untuk memasarkan produknya. Ketika produsen mengeluarkan brief "what to say" maka agency pun mengeluarkan brief "how to say" semua kemudian digabungkan menjadi pesan komunikasi yang diharapkan tepat.

Ah, saya sudah berbicara ngawur sepertinya, tidak tahu apa-apa kok ya nulis seperti ini. Meskipun saya memang bekerja dalam dunia iklan bukan berarti saya tahu segalanya tentang iklan. Saya juga tidak mengerti kenapa saya menulis ini... Mungkin karena sudah lama tidak menulis, sehingga merasa gengsi ketika blog ini kok kosong terus ya... Hahha...

0 komentar: