Wednesday, January 28, 2009

Dipilih, dipilih, dipilih... !

Ketika saya harus memilih, saya pasti memiliki pertimbangan ini dan itu. Jika sedang memilih makanan di restoran, saya akan mempertimbangkan kira-kira bagaimana rasanya, udah pernah mencoba menu itu atau belum, harganya, dan haram atau halal.

Atau jika saya ke supermarket dan membeli makanan disana, pertama kali yang saya pertimbangkan adalah masa kadaluarsanya.

Lalu kali ini, supermarket pemilu pun menjajakan calon legislatifnya dengan semua keunggulannya masing-masing. Siapa yang kira-kira yang saya pilih? Hahahahha....

Pertama masa kadaluarsanya, budaya anggota parlemen yang sering tidur, bolos kerja itu udah menjadi faktor kadaluarsa bagi saya. Dari dulu ketika saya kecil sampai sekarang selalu ada. CORET! gak masuk pilihan saya orang-orang seperti ini.

Kedua dari rasa. Kira-kira rasanya gimana ya kalau memilih yang ini, yang itu? mmm... tidak ada data yang jelas bumbu yang digunakan. Hanya foto yang begitu dan janji yang begini. Semuanya bilang, "ayo rapatkan barisan", " saya akan memberi yang terbaik", "siap mengabdi bagi ibu pertiwi", yah namanya janji... banyak ban-get lah... pusing saya, semuanya pada janji menyuguhkan yang paling enak. CORET! gak masuk pilihan, karena malah bikin bingung.

Ketiga dari masalah pengalaman, menu ini belum pernah dicoba, yang itu juga belum pernah. Hahahah... kalau masalah makanan saya gak pernah pilih-pilih, yang penting kalau di KFC atau McD, saya akan pilih ayam paha atas, kalo di restoran sushi, saya pilih yang ada ikan tunanya, kalo di warteg, saya pilih pake telor dadar dan sayur bening berkuah, kalo di mall, biasanya chicken gordon blue, kalo di rumah yang ada aja sikat... Ini masalah lidah saya dan sangat subyektif... maaf bapak-bapak dan ibu-ibu terhormat. Karena anda semua tidak seperti paha atas dan telor dadar, saya tidak akan memilih! CORET!

Ketiga dari harga, mmm... selama ini makanan termahal yang pernah saya makan sendiri harganya tidak lebih dari Rp 50.000,- ini sudah termasuk minumnya. Jadi kalo saya harus membayar ongkos ganti untung bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah mengeluarkan biaya kampanye sampai Rp 3 Milyar dan mungkin bisa menyebabkan anda menjadi gila karena kalah, saya menolak! Terima kasih, Thank you very much, Arigato! CORET!

Keempat masalah halal dan haram, ah, ini kan menjadi urusan saya sama yang di Atas. Dosa yah, dosa saya, kalau MUI bilang "Andaikata tidak ada yang baik, tetap harus memilih. Dipilih yang tingkat keburukannya paling rendah," kata Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Ali Mustafa (www.calegindonesia.com). Waduh pak, kalau begitu dengan memilih yang buruk dan menghasilkan yang buruk-buruk akhirnya menjadi dosa bersama dong, DOSA BERJAMAAH! wah dosanya lebih besar dong.

Sekarang mereka udah mulai "memaksa" kita untuk melihat pemandangan di sepanjang jalan kota yang semakin tidak indah, berjanji dengan sesuatu yang mereka belum miliki, mencoba mendompleng nama orang lain untuk menaikkan popularitasnya, mengenalkan diri dengan memaksa tangan kita untuk berjabat (siapa sih mereka? udah bikin apa sih?).

Ah, saya lebih memilih makan babi panggang yang saya potong sendiri daripada menerima ayam bakar yang anda berikan tetapi berbau bangkai dan berbelatung!

Terima kasih!

0 komentar: