Thursday, March 13, 2008

Bla...Bla...Bla...Bla...Bla...


Ketika kita berbicara kepada orang lain, saat itu kita menyampaikan ide dan gagasan kita kepada orang tersebut. Ketika kita merasa "seolah-olah" di atas angin karena lawan bicara kita "diam" kita semakin menjadi dalam bercuap-cuap. Apalagi ketika dalam sebuah perdebatan seru, kepuasan membuat orang "diam" dalam berdebat rasanya seperti ketika ejakulasi. Bener lho ini, coba saja rasakan. Rasakan ketika urat leher kita menegang, mata tajam, cipratan air liur kemana-mana, lalu ketika tangan menunjuk-nunjuk ke langit, dan ketika semua orang "diam" Wah, rasanya sangat bergairah. Sebenarnya saya, belum pernah sih seperti ini, hanya dalam kelompok kecil saya bisa merasakannya, lagi pula bukan hobi saya juga berbicara tanpa diminta.

Sebenarnya bukan berbicaranya yang ingin saya bahas disini, tetapi lebih pada mengaktualisasikan apa yang kita bicarakan dengan sebuah tindakan. Nah, ini yang paling sulit. Sangat sulit malah, kalau boleh saya bilang.

Pernah, suatu ketika seorang kawan bertanya, "ngemeng aja lo Do"! Begitu katanya...

Sebenarnya pedas juga ketika ada orang yang mengkritik saya dengan hal seperti ini. Karena terus terang, saya memang sering berbicara tentang ini dan itu. Saya sering berkata ingin ini dan itu, merencanakan banyak hal ini dan itu, belum sempat ini dan itu tercapai hal ini dan itu yang lainnya sudah saya sampaikan. Akhirnya ketika saya lupa dengan ini dan itu sebelumnya, maka saya akan terus terlena berbicara ini dan itu dan menguaplah semuanya seperti asap. Kembali menjadi kosong...

Tanggung jawab itulah yang sedang saya rasakan sekarang.

Pernah tidak, ketika kita duduk diam sendiri, mengingat kembali kata-kata yang pernah kita ucapkan pada waktu terdahulu dengan gegap gempita tetapi saat ini, ketika kita duduk diam sendiri, kita berkata, "aku tidak melakukannya".

Lantas, setelah kita menyadari hal tersebut, dengan keyakinan penuh dan dengan motivasi air mata kekecewaan kita berkata, "aku tidak akan mengulanginya lagi."

Tetapi... mmm... sepertinya memang tidak seperti itu cara bekerjaanya. Karena kita pun akan dengan segera melupakan tekad yang kita buat dengan gegap gempita tersebut.

Kenapa ya, kita harus seperti ini? Terbelenggu dengan kata-kata kita sendiri...?

Saya pernah berpikir untuk tidak mengumbar kata-kata dengan sebegitu mudah seperti sekarang ini. Tetapi rasanya tidak puas, karena ketika kita mengumbar kata, seolah-olah kita sudah melakukan perbuatan itu 50% dan tinggal merealisasikannya saja. Ternyata saya salah, belum ada yang saya lakukan sama sekali ketika saya mengumbar kata-kata. Masih kosong... Dan sekali lagi kita terjerembab dalam dunia maya alam pikiran kita yang kita realisasikan lewat mulut bukan lewat tangan.

Tuesday, March 11, 2008

Dunia Iklan (2)



Membaca sebuah komen seorang yang ditujukan kepada teman dekat saya, mengenai dunia periklanan. Inti dari komentar itu sebenarnya adalah :

"ngapain gw di ad agency? maksud lo turun kasta gitu? dari dunia fashion yang penuh glamorama dan berkelas ke dunia advertising yang cuma bertindak jadi mediator, budak komersil dan penuh orang2 sok tahu dan sok pintar tanpa keahlian apapun yang bisanya cuma nyuruh2 tanpa-otak? ? ihhh maaf ya I'm too good to be true to be a part of advertising world! hahahahahahahhaah! ! *kipas2*"

Bukan intinya ya ini sih... Tetapi seluruh isi komentarnya.

Mmm... Menarik juga pendapatnya itu. Yang menurutnya dunia advertising adalah hanya sebagai mediator. Jika kita telisik lebih dalam lagi. Sebagai mediator... Ya, memang industri ini adalah sekedar mediator antara produsen yang ingin jualannya laku kepada konsumen yang sedang mencari barang bermutu.

Lalu apakah sekedar menjadi mediator itu hal yang salah ya? Menurut saya, inti dari kehidupan ini pun adalah mediator. Kita adalah mediator antara nilai-nilai Tuhan dan nilai-nilai Iblis. Kedua nilai itu saling bergumul dalam diri setiap manusia untuk mendapatkan porsi yang lebih besar antara satu dengan lainnya sehingga mampu mengarahkan manusia untuk berbuat dan bertindak sesuatu.

Lalu ketika dunia fashion yang penuh dengan "glamorama" seperti komentarnya itu adalah bukan sebuah mediator lantas apa ya? Lha wong, orang-orang itu terkadang mendapatkan inspirasinya dari alam lalu menelurkan ide dan konsep tentang baju musim panas yang lalu dengan serta merta mengadakan pameran di Milan atau New York dan mendapatkan sambutan yang meriah lalu dikontrak oleh Versace sebagai designer fashionnya. Mmm... Ada fashion designer yang tidak memerlukan apapun dalam membuat karyanya? Tanpa apapun! Tanpa mediasi dengan alam yang menginspirasi?

Budak komersil? Sebenarnya istilah ini sudah sangat menjemukan. Saya teringat dengan istilah yang sama sekitar 10 tahun yang lalu ketika demo-demo mahasiswa masih sangat semarak. Ketika nilai-nilai Marxis mencapai titik euphorianya di Indonesia, ketika nilai-nilai Sosialis menjalar keseluruh nadi anak muda negeri ini. Atau mungkin yang lebih dekat dengan dunia fashion adalah ketika Ernesto Che Ghuevarra dijadikan icon di setiap pernak-pernik fashion mulai dari kaos, tas, pin, dan lain-lain tanpa sebenarnya mereka tau siapa Ernesto?

Istilah yang kurang lebih sama itu adalah "Budak Kapitalisme". Ketika seseorang berteriak anti kapitalisme dengan sangat semangat sampai urat lehernya membengkak dan ketika malam tenggorokkannya meradang. Tetapi dia sangat ceroboh, karena celananya Levi's.

Ketika kita merasa disuruh-suruh tanpa otak sebenarnya ini adalah hal yang sangat ironis. Karena bukankah justru kita yang lebih tanpa otak ya... Kok ya mau disuruh-suruh sama orang yang tidak punya otak. Dan yang terakhir adalah komentar saya, jangan lah berkata bahwa orang lain itu tidak memiliki kemampuan apapun. Coba deh lihat diri kita sendiri lalu bandingkan diri kita sendiri di umur yang sama dengan orang yang lain yang kita anggap tidak memiliki kemampuan itu. Atau jika mau coba bandingkan diri kita di umur 21 tahun dengan David Droga yang sudah menjadi Creative Director. Ada perbandingan yang mencolok kah?

Mungkin juga komentar saya ini salah, karena saya bukan fashion designer, saya hanya sekedar penikmat peragaan busana musim panas saja... :)

Thursday, March 6, 2008

Dunia Iklan


Bekerja di dunia advertising menurut beberapa orang yang sedang atau pernah berkecimpung di dalamnya menuntut waktu kerja yang tidak sedikit. Bahkan lebih, bisa dikatakan menyita waktu lain ketika deadline yang terkadang tidak manusiawi. Khususnya bagi mereka yang berada di departemen kreatif. Lebih khususnya lagi bagi mereka yang memangku jabatan graphic designer atau art director. Bukan berarti departemen lain tidak memiliki effort yang sama, tetapi pada kenyataannya memang orang-orang di departemen kreatiflah yang terkadang memikul pekerjaan yang lebih berat dalam persoalan waktu. Tidak sedikit orang-orang di departemen account hanya memberikan pesan singkat lewat post it bahwa "jangan lupa ya briefnya" atau "besok jangan telat presentasi", atau apapun itu lalu dia keluar kantor entah kemana. Atau para planner yang tidak memiliki insight yang cukup terhadap brand atau konsumennya sehingga hanya mampu menelurkan brief creative yang ala kadarnya. Atau ketika para traffic tidak mampu memanage lalu lintas brief dan deadline sehingga bentrok sana dan sini.

Pada akhirnya ketika output yang keluar dari sebuah brief dengan skema seperti di atas menjadi kurang maksimal. Ketika itu terjadi creative lah yang dipersalahkan. Mmm... Sepertinya saya terlalu menyudutkan orang-orang di departemen lain ya? Maaf, jika memang seperti itu. Tidak jarang konflik terjadi antara departemen kreatif dengan yang lainnya. Tetapi ketika para creative iklan sebuah agency menerapkan prinsip "yes man", mereka hanya mampu mengikuti keinginan klien dan tidak memposisikan sebagai partner. Biasanya prinsip ini dilakukan untuk menghindari konflik internal tetapi akibatnya justru konflik eksternal. Mungkin saja lebih luas menyangkut nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

Kenapa bisa seperti ini? Karena klien pada dasarnya hanya ingin barang dagangannya laku dipasaran tanpa memperhatikan dampak sosial yang terjadi. Posisi agency iklan adalah penyeimbang, sebagai konsultan bagi produsen bagaimana cara untuk memasarkan produknya. Ketika produsen mengeluarkan brief "what to say" maka agency pun mengeluarkan brief "how to say" semua kemudian digabungkan menjadi pesan komunikasi yang diharapkan tepat.

Ah, saya sudah berbicara ngawur sepertinya, tidak tahu apa-apa kok ya nulis seperti ini. Meskipun saya memang bekerja dalam dunia iklan bukan berarti saya tahu segalanya tentang iklan. Saya juga tidak mengerti kenapa saya menulis ini... Mungkin karena sudah lama tidak menulis, sehingga merasa gengsi ketika blog ini kok kosong terus ya... Hahha...

Monday, December 10, 2007

IMAGINE PEACE


Tuesday, November 6, 2007

Tadi Pagi

Setelah bulan puasa kemaren, sepertinya saya memiliki kemampuan bangun lebih pagi sekarang. Sudah beberapa minggu ini, saya bangun lebih pagi tanpa bantuan alarm. Jika sebelumnya saya selalu memasang alarm pada pukul delapan pagi. Maka sekarang pukul enam pagi saya sudah bangun. Yah, paling tidak, saya mengurangi pekerjaan "si penunjuk waktu" itu dengan tidak "berteriak-teriak" lagi setiap pagi. Mudah-mudahan hal ini bisa berlangsung terus sampai nanti.

Setelah bisa bangun pagi, maka level selanjutnya adalah menjalankan aktivitas olah raga yang sudah lama saya tinggalkan. Lemak semakin mengembang di sekitar perut. Nah, tadi pagi adalah hari pertama saya berolah raga kembali setelah beberapa bulan ini. Saya bertekad untuk merutinkan kegiatan pagi ini. Kegiatan olah raga saya tadi pagi adalah berjalan kaki dari rumah menuju kantor. Rumah ibu saya ada di daerah jalan Falatehan Blok M dan kantor saya ada di daerah Senopati. Mmm... Saya rasa dengan merutinkan hal ini 2 kali seminggu sudah cukup untuk saya saat ini.

Dilihat dari aspek positifnya, hal ini lebih banyak dari pada aspek negatifnya. Pertama, peredaran darah saya yang kurang lancar menjadi lancar karena berjalan kaki selama 30 menit. Kedua, membakar lemak perut. Ketiga, menambah kesempatan saya untuk bisa melihat kebiasaan orang ketika berangkat beraktifitas. Keempat, membantu mengurangi asap kendaraan bermotor. Kelima, mengurangi pengeluaran. Keenam, mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Ketujuh, memupuk hobi saya yang iseng ini. Jadi sebenarnya selain untuk olah raga, motivasi lainnya adalah karena iseng. Saya suka iseng mencoba sesuatu yang lain.

Oh iya, ketika kita berbicara aspek positif, maka tidak adil jika kita tidak berbicara tentang aspek negatif. Nah, kegiatan baru saya ini kalau dilihat dari sisi negatifnya maka yang terjadi adalah teguran dari atasan karena saya datang terlambat ke kantor. Tetapi hal ini pun masih ada catatan kakinya, hal ini bisa terjadi jika saya bangun kesiangan dan saya belum memenuhi quota 2 kali dalam seminggu berjalan kaki.