Friday, December 26, 2008

Kuning Matang

ketika orang bertongkat itu datang kepadaku bertanya tentang senja.
aku mengatakan, biasanya langit berwarna kuning matang.

dia bilang, seperti apa kuning matang itu.
aku pun menyadari bahwa dia buta dan tidak tahu warna.

hampir saja ku pergi melipir, tetapi tatapan matanya yang kosong
membuatku mengurungkan niat. dia juga berhak "melihat" senja.

kugandeng tangannya ke tepi bukit dimana aku bisa melihat cakrawala senja tepian pulau. disana banyak anak-anak bermain bola.

sekarang dimana? tanya orang buta itu
kita ada di tepi bukit dengan ombak menerjang pantai.

oh, katanya singkat.
dia berdiam, seperti merasakan sesuatu.
terpaan angin pantai di ujung hari membuat rambut ikalnya bergoyang jaipong.

aku mendengar suara tawa anak kecil, katanya.
iya di bawah sana, banyak anak yang sedang bermain bola, bertelanjang dada, berlarian mengejar bola, saling berjatuhan berlumur pasir pantai, dan terkadang air laut ikut merebut bola. saat itu mereka akan lebih senang lagi dengan seringnya mereka menjatuhkan badan, basah! kataku.

mereka pasti senang, tawa yang kudengar membuatku geli, katanya.
aku tersenyum sambil berkata, iya, mereka sangat senang. ini adalah penutup hari yang rutin mereka lakukan.

ada suara burung, katanya.
iya ini burung camar, mereka biasanya datang untuk menikmati senja seperti kita saat ini.

tapi mengapa suaranya tidak menjauh, selalu ada disekitar sini. tanyanya lagi.
karena mereka terbang di atas kita, mereka memang tidak bergerak. kataku.

bagaimana bisa mereka terbang tetapi tidak bergerak, tanyanya penasaaran.
karena mereka terbang menikmati angin, bukan menentang atau bersama angin, jawabku.

oh, seperti ini ya... lalu dia merentangkan kedua tangannya, bediri bergoyang, membiarkan dirinya dibuai angin senja yang menerpa.
iya, kataku sambil mengikuti apa yang dia lakukan, kupejamkan mata dan mencoba merasakan apa yang dia rasakan.

...
...
...

apakah warna kuning matang selalu seperti ini? damai, ceria, hangat, bersahabat, meskipun sedikit lengket, tetapi aku nyaman sekali.

dia mengagetkan lamunanku dalam mata terpejam, sambil berdehem kukatakan, tidak juga. mungkin esok rasanya akan lain sampai beberapa bulan ke depan.

sayang ya... kita tidak bisa merasakan hal ini lagi. tapi aku akan selalu datang kesini untuk merasakan warna kuning matang seperti yang kau katakan.

----

angin kencang sore ini dengan gemuruh bersautan membuat suasana lebih dingin dan mencekam. kuning matang yang hangat dalam cangkir putih bersama pisang goreng menemani lamunanku tentang sahabat di atas bukit tepi pantai.

0 komentar: